DIET BEBAS GLUTEN
Adakah teman2 di sini yang pernah mendengar tentang diet yang satu ini? Atau bahkan mungkin ada yang sudah menjalankannya?
Diet bebas gluten. Sesuai sebutannya, diet ini sungguh2 berusaha menghilangkan gluten dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Mengapa hal tersebut dilakukan? Nah, sebelumnya saya cerita sedikit ya mengenai penyakit celiac.
Penyakit celiac merupakan kelompok penyakit hipersensitivitas. Nama lainnya adalah non-tropical sprue, dan bagian dari kelompok kelainan berjenis gluten hypersensitivity. Menurut epidemiologi, penderita penyakit seperti ini mencapai 1% dari seluruh penduduk. Itu data dari Amerika dan Eropa. Di indonesia sendiri belum memiliki data pasti mengenai jumlah penderita celiac. Bukan karena tak ada pasiennya, namun lebih karena belum ada pendataan yang memadai dan penegakan diagnosa celiac yang cukup rumit. Seseorang positif terdiagnosa celiac melalui beberapa tahap, yaitu adanya kelainan klinis yang didukung oleh pemeriksaan lab terkait, pemeriksaan serologis, dengan baku emas pemeriksaan biopsi serta pemeriksaan genetik (HLA).
Apa itu gluten? Gluten sebenarnya adalah bentuk amorf dari protein simpanan yang terkandung dalam beberapa jenis serealia. Gluten terbanyak ditemukan pada gandum (wheat), dan dapat ditemui juga pada gandum hitam (rye), serta jelai (barley). Disebut juga prolamin, karena merupakan protein simpanan yang kaya akan prolin serta glutamin. Secara umum, gluten memang cenderung sulit dihancurkan oleh enzim pencernaan kita, namun bagi orang sehat tidak menjadi masalah. Masalah baru timbul pada orang2 dengan kerentanan genetik yang memiliki hipersensitivitas terhadap gluten. Gluten yang dikonsumsi cenderung sampai dalam bentuk utuh ke dalam usus halusnya, kemudian masuk menembus lapisan luar usus, sampai ke pembuluh darah, dan memanggil sel-sel radang di sana. Terjadi inflamasi yang berkepanjangan (kronik), yang akhirnya akan merusak mukosa usus. Normalnya lapisan terluar usus memiliki jonjot2 untuk memperluas bidang penyerapan nutrisi, namun pada penderita celiac jonjot ini menghilang sehingga terjadinya berbagai keluhan saluran cerna yang disertai dengan defisiensi berbagai nutrisi, makro maupun mikro.
Keluhan celiac bisa ditandai dengan adanya konstipasi (sembelit) atau justru diare terus-menerus, perasaan kembung sehabis mengonsumsi makanan bergluten, nyeri perut, perut terasa kencang, atau muntah. Bisa juga ditandai dengan akibat2 gagalnya penyerapan zat2 gizi, yaitu anemia, osteoporosis, gagal tumbuh pada pasien anak, sariawan berulang, berat badan yang terus turun, dan lain sebagainya. Penderita yang mengalami hal2 di atas akan disarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan terkait penyakit celiac. Apabila sudah tegak diagnosa penyakit celiac, baru pasien boleh menjalankan diet bebas gluten sebagai satu2nya terapi.
Kembali kepada diet bebas gluten, pantangannya sangat banyak. Karena, walaupun kita tinggal di Indonesia, gandum sudah masuk dalam berbagai bahan makanan maupun minuman yang kita konsumsi sehari-hari, baik itu bahan utama maupun bahan tambahan. Oleh karena itu, bila sudah pasti menderita penyakit celiac, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Sepertinya terlalu panjang kalau diceritakan sekaligus.. jadi, bersambung ya… :*
Catatan :
Diet bebas gluten adalah terapi khusus untuk penderita penyakit celiac. Banyak yang harus diperhatikan terkait diet jenis ini. Dalam pelaksanaannya, memiliki sejumlah kerugian, oleh karena itu tidak disarankan bagi orang yang bukan penderita penyakit celiac.
Semarang, 6 November 2016
dr. Dina Adriana
DIET BEBAS GLUTEN (2)
Kembali dalam bahasan mengenai diet bebas gluten. Teorinya, dengan eliminasi gluten, maka peradangan akan mereda dan memperbaiki keluhan2 yg dialami pasien. Untuk bisa mengeliminasi sepenuhnya gluten dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, seorang penderita penyakit celiac harus bisa mengenali bahan makanan mana saja yang sekiranya mengandung gluten, dan konsisten menghindarinya. Karena derajat penderita sangat beragam, bisa jadi hanya dengan konsumsi “debu gluten” secara tak sengaja, sudah dapat memicu peradangan kembali di dalam ususnya, sehingga tujuannya tidak tercapai.
Di negara dengan makanan utama berbahan dasar tepung, diet ini menjadi diet yang sangat mahal dan sulit dilakukan karena ketersediaan bahan2 non-gluten tidak sebanyak bahan bergluten. Di Indonesia, relatif lebih mudah dan murah, hanya perlu diingat tentang adanya “sumber gluten tersembunyi” dan “kontaminasi gluten”
Sumber gluten tersembunyi biasanya berasal dari makanan olahan dan aneka saus. Makanan olahan menggunakan tepung bergluten untuk membuat makanan menjadi enak, renyah, padat, dan sebagainya. Aneka saus menggunakan tepung untuk mengatur kekentalan. Produk minuman juga tak luput dari gluten. Minuman berenergi yang menggunakan gandum atau dengan kata lain “malt”, juga banyak beredar di Indonesia. Oleh karena itu, pasien dan keluarganya harus diajari dan dibiasakan untuk pandai “membaca label” yang tercantum pada makanan. Hindari makanan-makanan yang tidak diketahui pasti bahan-bahannya, untuk mencegah kekambuhan pada pasien. Harus diperhatikan pula, bahwa label “bebas gandum” bukan berarti bebas gluten, karena seperti sudah dibahas pasa status sebelumnya bahwa gluten bukan hanya terdapat pada gandum. Ada sumber2 gluten lainnya yang juga harus kita waspadai.
Mengenai kontaminasi, bisa terjadi dari hal-hal yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Hal2 yg buat kita cukup “remeh”, ternyata bisa besar efeknya bagi penderita. Misalnya kontaminasi saat persiapan makanan, karena menggunakan wadah, pisau, talenan, dan alat masak bekas mengolah makanan bergluten, atau minyak yang sama dengan yang dipakai menggoreng makanan bergluten, sajian prasmanan, bahkan pemanggang yang bekas dipakai memanggang makanan bergluten juga bisa besar dampaknya.
Berikut ini hal2 yg harus diketahui oleh pasien penyakit celiac (dan keluarganya) :
Informasi mengenai makanan apa saja yang mengandung gluten, beserta alternatif bahan penggantinya yang bebas gluten
Penjelasan mengenai label pada produk beserta cara membacanya
Sumber informasi mengenai makanan bebas gluten, ide-ide resep dan buku masakan bebas gluten
Cara-cara mengatasi masalah sosial yang mungkin timbul, bagaimana mengatur diet saat bepergian atau makan di luar rumah, termasuk saat bepergian ke luar negeri
Pencegahan kontaminasi silang di rumah (misalnya melalui alat pemanggang, botol selai, tempat sampah, minyak goreng, dan makanan prasmanan)
Informasi tentang sumber gluten tersembunyi, misalnya pada produk obat.
Meminimalisir risiko ketidaksengajaan mengonsumsi gluten saat makan di luar rumah
Semoga bermanfaat.
Semarang, 6 November 2016
dr. Dina Adriana